Saturday, October 17, 2009

Kepada Bunga 4

Aku ingin berhenti berpuisi
Karena kau lelah dan akupun payah
Aku ingin berhenti berpuisi
Karena hari ini hati sanggup dibantah
Biarlah ini menjadi kisah usang yang terlupakan saat temaram fajar
Biarlah ini menjadi mimpi indah yang terlupakan saat bangun esok pagi
Maaf, kalau aku tak sanggup berterima kasih
Dan kisah ini berakhir sebelum lewat tengah malam
Sebelum mata menjadi perih
Sebelum kantuk menjadi dewa
Sebelum tangis menjadi asa
Kita berpisah dalam kata-kata tanpa pandang mata
Tanpa genggaman tangan
Tanpa pelukan
Tragis tapi mesra
semoga


16 Oktober 2009

Kepada Bunga 3

Ini kali pertama aku lelah mendengar suaramu
Mungkin karena hati kalut dan pikiran takut
Cukup!
Diiringi alunan musik ‘individual life’ rasanya ingin bunuh diri saja
Atau mati tersedak busa-busa duka yang merangsak kedalam paru-paru

Ini kali pertama aku benar-benar ingin sendiri menikmati pagi
Tanpa lagu
Tanpa kau disisiku
Berdiri diantara kaki-kaki yang lunglai
Atau sekedar menikmati teh manis hangat tanpa gula

Pahit
Aku iri karena semut tak mati meski jatuh dari tebing yang tinggi
Aku cemburu karena telingga tak sanggup mengelak
Aku malu karena rasa tak bisa bohong

Lalu apa kata dirimu nanti?
Melihatku begitu lemah
Menopang mata pun aku tak sanggup
Dan kelopak ini membengkak
Bukan karena hujan turun tadi malam
Tapi karena aku ingin selalu memandangmu
Dari sudut kecil kekerdilanku

13 Oktober 2009

Saturday, October 3, 2009

Kepada Bunga 2

Hari ini adalah hari yang tidak akan terlupakan
Hari dimana kepercayaan dipertaruhkan demi sejengkal nafas yang dihirup dalam waktu yang egois. Hari dimana kebahagiaan bergumul dengan cemas dan rasa bersalah.
Tapi ini adalah sikap berontak dari ketidaknyaman. Aku merindumu, Bunga.

30 September 2009

Kepada Bunga 1

malam begitu dingin.
aku tak kuasa menahan hantaman kata yang merasuk dalam tiap pembuluh darahku.
seluruh logikaku terkulai dalam absurditas rasa yang semakin gamang.
insomnia menyerang, wangi bunga seakan menggodaku untuk bangkit dan berpetualang dalam negeri dimana nafas menjadi satu.
dimana hitam menjadi putih.
dimana aku menjadi kau


7 Agustus 2009

Tanpa Judul 3

Di dalam bus kota aku melihat cahaya lampu yang begitu mempesona.
Kuda-kuda besi melaju tanpa lelah menuju berbagai arah.
Semua tampak kaku dan aku membisu menanti pesan yang belum berbalas.
Ditemani nyanyi si kecil dengan gitar tuanya, lalu aku beri ia limaratus rupiah.
Dan kondektur menyadarkanku dari penantian.

Diatas Patas 9B, 28 September 2009

Tanpa Judul 2

Aku duduk diantara desak-desakkan manusia pekerja.
Dikananku sang tua tertidur dan kulihat perempuan mencuri baca dari tetangganya.
Aku tersenyum malu ketika bertemu pandang dengan dia didepanku.
Lucu, memegang ponsel sambil tersenyum sendiri, manis sekali.
Bolehkah aku sekedar memahami namamu?

Diatas KRL Ibukota, 28 September 2009

Tanpa Judul 1

Aku lewati sepertiga malam tanpa rasa kantuk
Pikiranku menerawang sampai Italia
Membayangkan rumput-rumput hijau ditengah kota Milan
Dengan Caesar dan juga megahnya Vatikan
Tak sekalipun aku beranjak
Berbulan madu bersama Magdalena
Sebuah imaji luar biasa yang berlangsung tiap malam tanpa henti.

24 September 2009

12 Hari Yang Menyiksa

Hai, apa kamu pernah tersiksa dalam rindu? Rindu, iya rindu. R I N D U  Kata itu, lima huruf dengan dua frasa yang sungguh menyiksa. Apakah ...