Friday, January 31, 2014

Tentang Cerpen "Sepasang Kaus Kaki Hitam"

Sudah beberapa hari setelah saya membaca sebuah kisah dari "pudjangga lama" yang berjudul "Sepasang Kaos Kaki Hitam" entah kenapa saya selalu terngiang-ngiang dengan kisah itu. Barangkali memang kisahnya yang terlampau pilu, meski tanpa happy ending, namun agaknya akhir cerita itu menjadi ending yang sempurna bagi masing-masing tokoh, Mevally, adalah sosok wanita yang membuat saya penasaran. Dengan pribadi yang misterius yang dibentuk dari masa lalu yang cukup kelam, namun semuanya membuat perempuan ini makin matang, penuh prinsip dan filosofi. Ari, sosok lelaki yang cukup bijak dengan segala bentuk kekonyolannya namun memberi saya banyak inspirasi dengan celetukan-celetukannya. Kedua tokoh itu selalu berlari-lari dikepala saya sepanjang malam tadi, sampai saya tidak bisa tidur sampai dengan fajar datang. Dari sekian banyak Novel, Cerpen dan kisah yang pernah saya baca, kisah dari pudjangga lama ini adalah kisah yang benar-benar merangsak ke otak saya. Entah bagaimana si empunya kisah menuliskan kisahnya dengan bahasa sederhana dan membuat seolah saya ada disana, menatap mereka berdua disetiap peristiwa, disetiap suasana, disetiap bentuk ruang yang digambarkan. Kisah ini memang tentang cinta, cinta platonic. Yap, Cinta Platonic atau Cinta tak harus memiliki. Cinta Mevally dan Ari selalu berada pada batas garis abu-abu prinsip yang mereka anut. Yah, prinsip memang sering kali membuat kita naïf dan melacurkan diri pada kegamangan. Satire memang, tapi itulah kehidupan. Cinta tidak selalu bisa memenangkan segalanya, tetapi Cinta bisa membuat kita belajar, belajar untuk makin bijak dan dewasa dalam memandang hidup. Cinta mengajari kita bagaimana caranya bangkit setelah sedetik lalu kita jatuh. Cinta mengajari kita bagaimana caranya berkorban. Ahhh,,, saya jatuh cinta pada tokoh Mevally, jatuh cinta pada kepribadiannya, prinsipnya, dari bagaimana dia memandang hidup, dan jatuh cinta dari caranya memilih jalannya untuk melewati tiap kotak demi kotak kehidupan. Terima kasih Pudjangga Lama atas sepenggal kisah yang kau bagi. Sungguh saya terenyuh.

12 Hari Yang Menyiksa

Hai, apa kamu pernah tersiksa dalam rindu? Rindu, iya rindu. R I N D U  Kata itu, lima huruf dengan dua frasa yang sungguh menyiksa. Apakah ...