Bukankah sudah kau layangkan tamparan itu kepadaku padahal waktu yang mengelilingiku terus berayun pada bandul waktu, menghentak ketakutan di caci hari.
Karena aku tidak mampu menghentikan masa yang terus bergetar.
Sedangkan di setiap tangis meleleh menyengat apa saja yang hanya dari muka, aku tidak peduli dan tak bisa memaknai air mata.
Aku membendung dan merobek cacianmu yang rapuh dan membusa di ujung bibir
aku mengeja dan merontokkan kata dan kalimat yang kau keluarkan, tak hanya itu, aku menghadirkan kembali apa yang ingin kau beri
...kesejahteraan....
...mimpi...
...dan segala janji...
Semua itu kusiram dengan darah dan amarah, ditambah koyakan tubuh yang selalu dituntut membisu dan tidak berhak atas apapun tentangmu,,
lalu kubakar, kujadikan api agar cacianmu dibawa awan dan dibaca malaikat.
Biar waktu tahu kau sering ditipu, biar waktu tahu laporannya selama ini padanya omong kosong
Kini mataku nanar disaput jelaga; pedih
namun setidaknya waktu sudah kukembalikan penjaga waktu
biar masa cepat lalu bersama sakit yang hilang karena maut
Tidak..
Aku tidak menangis.
No comments:
Post a Comment