Aku mendapati senja melupakan pagi. Entah, barangkali malam menjadi lebih indah kali ini. Atau barangkali aku terlalu berprasangka. Mungkin aku yang terlalu asik bergumul dengan pikiranku, dengan pertanyaan-pertanyaan, dengan amarah, dengan keingintahuan.
Senja tak lagi jingga, carut marut hari melarungkan segala asa. Kini tinggal sisa dari keikhlasan yang harus diikhlasakan. Biar berdarah-darah, ambil peduli! Kudapati senja tak lagi merindu pagi, dia merekatkan pada malam demi melupakan pagi.
No comments:
Post a Comment