Tuesday, October 18, 2011

Diperam Saja

Siang tadi cukup panas namum kita dapat mengurai dalam tawa. Berjalan dengan sabar, bicara tanpa nanar. Tidakkah itu menyenangkan? Lalu semua berubah, senjakala tiba, bagai amok kapak tawa hilang dalam diam. Suara-suara teredam tanpa sedikit umpatan. Hati, barang mahal yang sulit dikendalikan mesti dicoba, dan wajah menunjukkan aku tak rela. Ah, dalam upaya dan usaha, aku kalah malam ini. Aku kalah oleh ego dan keinginan untuk sedikit dihargai. Bukan haram, tapi tunda, paling tidak sampai aku tidak mendengar percakapan malam tanpa bintang. Tidak salah, hanya aku yang belum mampu mengalah dalam marah.
Noda hitam dalam rentetan sejarah menjadi tak tabu kala tawa menjelaskan segalanya. Lalu urutan waktu akan membuat aku terbelakang dalam barisan warna. Bukan kata 'oh' atau 'ya'. Bukan pula kondisi atau peristiwa dari awal dan akhir. Tapi rentetan kalimat penjelasan sebelum tanya.

1 comment:

Estiko said...

Wah, bahasanya tinggi banget, sampai belum bisa aku pahami.

Dah lama ga silaturahmi dengan kakak kelas.

12 Hari Yang Menyiksa

Hai, apa kamu pernah tersiksa dalam rindu? Rindu, iya rindu. R I N D U  Kata itu, lima huruf dengan dua frasa yang sungguh menyiksa. Apakah ...