Saturday, October 15, 2011

(mimpi saya semalam-aneh)

PINTU TERTUTUP

Pagi ini aku malas sekali untuk membuka mata. Entah mengapa aku merasa ada sebuah beban berat dibagian bawah kelopak mataku. Lima menit berlalu, aku masih malas untuk membuka mata, lalu aku putuskan untuk memikirkan apa saya yang ingin aku lakukan di akhir minggu ini. Saat sedang asiknya berencana didalam kepala tiba-tiba pintu apartemenku berbunyi, seperti ada seseorang yang mengetuk dari pintu bagian luar.
Aku merupakan anak laki-laki satu-satunya dari seorang pengusaha kaya dikota Jakarta. Setelah lulus sekolah menengah atas dan terdaftar sebagai salah satu mahasiswa di salah satu perguruan tinggi negeri di Jakarta aku memutuskan untuk tinggal di apartemen yang dibelikan oleh ayahku. Awalnya, ayah sangat menentang keputusanku untuk tinggal di apartemen, namun dengan seribu satu alasan yang mengada-ngada aku berhasil meyakinkan ayahku untuk mengijinkanku tinggal di apartemen. Salah satu alasan yang berhasil meluluh lantahkan keyakinan ayahku adalah, aku ingin mandiri. “hahahahahahhaa” aku tertawa dalam hati, “mandiri dari mana?” pikirku. Apartemen ini saja masih diberi oleh ayahku. Uang jajan, biaya kuliah, semuanya adalah pemberian ayahku. Jadi, kemandirianku ini boleh diistilahkan dengan ‘semi-mandiri’.
TOK! TOK! TOK! Sekali lagi pintu apartemenku berbunyi seperti orang yang sudah tidak sabar untuk masuk dan menyergap. Meski demikian, aku tak langsung membukakan pintu, aku justru mengingat-ingat apakah aku berjanji untuk bertemu orang hari ini. Satu menit berlalu, karena tak ingat aku lantas menyerah dan bangun dari tempat tidur dan menuju ke pintu apartemenku.
Sesampainya di depan pintu aku tak langsung membukakan pintu, tapi mengintip dari lubang intip dihadapanku. Saat itu aku melihat seorang perempuan muda yang cantik, kulitnya putih mulus dengan riasan halus diwajahnya yang membuat ia tampak segar.
“Siapa?” aku bertanya padanya. Lalu ia menjawab “ini aku, Ros. Cepat bukakan pintu!” “Ros?” aku bertanya dalam hati. Aku tak pernah mengenal seorang perempuan yang bernama Ros, lagipula wajahnya begitu asing bagiku. “Pernahkah kita bertemu sebelumnya? Tampaknya aku tak mengenalmu.” Aku coba bertanya lagi. “Kau jangan berlagak tidak ingat fred! Kita sudah lama saling kenal. Semalam saja kita baru bertemu. Apakah kau tidak ingat?” Aku makin bertanya-tanya dalam hati. Mengapa dia tahu namaku, seingatku aku tidak kemana-mana tadi malam, aku menghabiskan malam tadi dengan menonton DVD di apartemenku. Selain itu, tak ada seorang pun yang bertamu bahkan menghubungi ponselku.
Aku makin ragu untuk membuka pintu. Aku takut bahwa perempuan itu hanya ingin mengerjai atau melakukan sesuatu yang buruk padaku seperti banyak pembunuhan yang terjadi di beberapa apartemen di kota Jakarta ini. “Fred ayolah, aku sudah lama berdiri didepan sini. Cepatlah buka pintu, aku ingin masuk. Kau lupa akan janji kita malam tadi? Kau sudah berjanji untuk menemuiku pagi ini.” perempuan itu coba meyakinkanku sekali lagi. “Aku sudah mencoba berpikir dan mengingat-ingat, tapi seingatku semalam aku tidak bepergian dan tidak bertemu siapapun. Aku hanya menghabiskan waktu nonton DVD diapartemen ini” jawabku.
Perempuan itu diam sejenak, aku masih menatapnya dari lubang intip. Dia tampak sedang berpikir kelas, mungkin dia sedang merencanakan sebuah strategi agar aku mau membukakan pintu untuknya. Berkali-kali dia juga menatap jam tangannya dan juga membuka ponselnya, sesekali dia menyebut namaku dengan nada memelas berharap aku mau membukakan pintu untuknya. Namun aku tak bergeming, aku masih terbayang berbagai berita di televisi mengenai pembunuhan-pembunuhan di beberapa apartemen di Jakarta. Bisa saja, disuatu tempat di bagian lain apartemen ini temannya sedang bersembunyi dan menunggu kode dari perempuan dibalik pintu ini untuk kemudian menyergapku dan melakukan hal buruk padaku.
“Baik Fred aku pergi, hari ini kau bisa berpura-pura lupa padaku setelah apa yang telah kita lakukan di hari sebelumnya. Tapi pintu ini tidak terlalu kokoh untuk debu agar bisa masuk kedalam. Aku pulang fred” lalu perempuan itu pergi meninggalkan rasa penasaran yang luar biasa pada diriku. Disisi lain, aku merasa lega karena tidak ada hal buruk yang terjadi pada diriku.

(ini gambaran mimpi yang baru saja saya alami, mimpi ini tidak pernah selesai dan takkan pernah selesai, demikian juga ceritanya –aneh ya)

No comments:

12 Hari Yang Menyiksa

Hai, apa kamu pernah tersiksa dalam rindu? Rindu, iya rindu. R I N D U  Kata itu, lima huruf dengan dua frasa yang sungguh menyiksa. Apakah ...