Tuesday, October 18, 2011

Namaku Di

Namaku Di, bahkan aku lupa apa lengkapnya. Usiaku 24 tahun. Pada usia 10 tahun, aku mendapati bahwa aku ternyata lelaki tulen seperti kebanyakan lelaki umumnya meskipun mimpi basah pertamaku baru aku alami pada usia 14 tahun. Namaku Di, saat usia 10 tahun aku hobby bermain layang-layang dan takut menyalakan petasan, bahkan kali pertama aku berani menyalakan korek api gas adalah saat usiaku 22 tahun itupun karena kondisi terjepit.
Aku ingat layang-layang pertama yang aku terbangkan putus saat adu jotos, aku kejar, berlari seperti babi hutan yang kelaparan, menyebrang jalan tanpa awas aku berhasil hindari mobil tapi justru menabrak gadis manis. Ku pikir ia akan jadi jodohku, ternyata tidak.
Namaku Di, bahkan aku lupa lengkapnya apa. Aku sering bermain boneka dan patung super hero kacangan. Teman SD ku mengatakan aku banci tapi di SMP aku disegani. Aku ingat, cinta monyet pertamaku, aku sapa ia buntut kuda. Tak pernah berawal tak juga berakhir, aku putuskan kencani siswa kelas 2 sementara aku kelas 1, bukan aku yang mulai, tapi tak apa dan kasian tak berlangsung lama. Puberku begitu cepat, usia 13 sudah diajak menonton blue film dirumah teman. Pembantunya kita suruh pergi, agar kami bisa asik ereksi.
Namaku Di, kisah hidupku tak cukup manis tak juga terlampau pahit, aku pernah memaki ayahku, kami berseteru, nyaris adu jotos. Ibu menatap sendu, adik diam wajahnya ungu. Aku Di, memutuskan cinta Ibu dan adikku tapi tidak ayahku.
Namaku Di, sebagai mahasiswa aku digilai, mereka bilang aku homo, tapi tidak juga karena aku sanggup ereksi melihat pantat dan dada wanita. Aku ingat, namaku Di tercatat sebagai penjaga neraka dunia. Akrab dengan dunia malam tapi tak gemerlap juga tanpa vodka atau minuman mahal lainnya, aku cukup menenggak anggur merah atau ciu ala kadarnya. Hangat diantara angin malam yang menyiksa. Masa mahasiswa masa bahagia, karena karir asmaraku terang benderang, gonta ganti pacar hobbyku. Bersama teman cari mangsa bukan untuk dilahap atau dikencani. Akan tetapi dipelajari dan diracuni, bukan dengan dogma dogma, tapi cukup sandiwara. Karena aku aktor, tapi gagal aku beralih jadi sastrawan. Miskin karya aku tak mau jadi sastrawan, tugasnya berat. Lebih baik jadi karyawan, tinggal kerja dan tunggu tanggal gajian.
Namaku Di, berkali-kali aku buat pilihan dungu dalam hidup. Namaku Di, bahkan aku lupa apa lengkapnya.

No comments:

12 Hari Yang Menyiksa

Hai, apa kamu pernah tersiksa dalam rindu? Rindu, iya rindu. R I N D U  Kata itu, lima huruf dengan dua frasa yang sungguh menyiksa. Apakah ...